Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jumat (15/3). Foto: Dok. Plt. Kepala BPS
Jakarta – Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), kelas menengah merupakan bagian penting dari ekonomi domestik, dan peningkatan pengeluaran kelas menengah dapat menghentikan roda ekonomi negara.
Menurut Amalia Adininggar Widyasanti, Plt Kepala BPS, dalam 10 tahun terakhir, prioritas pengeluaran kelas menengah telah berubah.
Jika dulu sebagian besar hasil gaji kelas menengah digunakan untuk makanan dan perumahan, porsinya sekarang lebih kecil. Namun, pengeluaran terbesar masih dihabiskan untuk makanan dan perumahan.
“10 tahun lalu 45,53 persen pengeluaran kelas menengah untuk makanan minuman, tetapi kemudian kelas menengah hanya mengeluarkan makanan minuman hanya 41,67 persen, perumahan yang tadinya lebih dari 32 persen sekarang hanya sekitar 28,5 persen,” Amalia dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR, Rabu (28/8).
BPS mencatat, terdapat penambahan porsi pengeluaran kelas menengah seperti untuk jasa lainnya, hingga untuk keperluan pesta dan hiburan.
Misalnya, pengeluaran kelas menengah untuk hiburan naik menjadi 0,38% dari tahun 2014 sebesar 0,22%, dan pengeluaran untuk pesta naik menjadi 3,18% pada tahun 2024, menurut data BPS.
Pengeluaran untuk makanan dan minuman turun dari 45,53% pada tahun lalu menjadi 41,67%.
begitu juga dengan biaya perumahan. Pengeluaran sebesar 32,67 persen pada tahun 2014, turun menjadi 28,52 persen saat ini.
Amalia mengatakan, “Tapi secara umum, makanan, perumahan, dan barang jasa lainnya adalah prioritas pengeluaran kelas menengah.”
Jumlah Kelas Menengah RI 47,85 Juta Orang di 2024
BPS melaporkan jumlah kelas menengah Indonesia pada tahun 2024 mencapai 47,85 juta orang, turun dibandingkan tahun 2023 48,27 juta orang.
Menurut Amalia, persentase penduduk kelas menengah menurun pasca-pandemi COVID-19. Dari hasil identifikasi BPS, masih ada scarring effect dari pandemi terhadap ketahanan kelas menengah.
“Kami identifikasi masih ada scarring effect dari pandemi terhadap ketahanan kelas menengah. Di mana pada 2021 itu kelas menengah jumlahnya menjadi 53,83 juta dengan proporsi 19,82 persen. Dan pada 2024 jumlahnya 47,85 juta dengan proporsi 17,13 persen,” katanya.
Dalam lima tahun terakhir, populasi masyarakat kelas menengah di Indonesia telah mengalami penurunan yang terus menerus, terutama setelah pandemi COVID-19.
Sumber Kumparan