Ilustrasi/Guru pengajara dan murid
Jakarta – Materi pelajaran adalah elemen krusial dalam proses belajar mengajar di sekolah, namun sering kali kita mengabaikan pentingnya menyesuaikan tingkat kesulitan materi dengan kemampuan siswa. Hal ini sangat penting agar setiap siswa dapat memahami dan menyerap informasi dengan baik.
Ketika kurikulum terlalu padat dan siswa diharuskan mempelajari banyak topik dalam waktu singkat, situasi ini dapat menghambat pemahaman mereka. Oleh karena itu, penyesuaian materi pelajaran dengan tingkat perkembangan siswa sangat diperlukan untuk mendukung proses belajar yang efektif.
Belakangan ini, banyak orangtua murid yang menyuarakan keluhan tentang kesulitan materi pelajaran yang dihadapi anak-anak mereka. Salah satu suara yang mencolok muncul dari sebuah video yang baru-baru ini viral di media sosial.
Dalam video tersebut, pemilik akun TikTok @shanty8135 mengungkapkan kekecewaannya setelah mengetahui anaknya yang baru duduk di kelas 1 Sekolah Dasar (SD) diberikan pelajaran yang dianggap terlalu sulit untuk anak seusianya. Hal ini menimbulkan keprihatinan di kalangan orangtua lainnya yang merasa khawatir akan dampak materi yang berat pada anak-anak mereka.
Kondisi ini mendorong diskusi lebih lanjut tentang perlunya evaluasi kurikulum dan pendekatan pengajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan melibatkan orangtua dan pendidik dalam dialog, diharapkan dapat dicapai solusi yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
“Siapa yang buat buku ini, kelas 1 SD sudah disuruh ngerjain soal essay kayak gini, siapa yang buat ini, tolol-tolol ku tengok,” ujar orang tua murid, dilihat Selasa 24 September 2024.
Dalam buku ajar yang beredar, terdapat sejumlah soal essay yang meminta siswa untuk menulis surat pendek dengan menggunakan huruf hijaiyah sambung. Permintaan ini bertujuan untuk mengasah kemampuan siswa dalam membaca dan menulis huruf Arab, sekaligus memperkenalkan mereka pada nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran.
“Tulis surat Alfatihah ayat 4,” demikian bunyi salah satu soal.
“Lengkapi ayat berikut dengan benar ‘Yaumiddin …..’,” bunyi soal lainnya.
Seorang ibu murid mengungkapkan pendapatnya bahwa soal-soal yang meminta siswa kelas 1 SD untuk menulis dalam huruf hijaiyah tidak tepat diberikan kepada anak-anak seusia tersebut. Menurutnya, anak-anak yang berusia 7 tahun masih berada dalam tahap awal mengenal huruf-huruf hijaiyah, sehingga materi tersebut dirasa terlalu berat untuk mereka.
Ibu tersebut menekankan pentingnya penyesuaian kurikulum dengan perkembangan usia dan kemampuan siswa. Ia berpendapat bahwa pengenalan huruf hijaiyah seharusnya dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan pemahaman anak, agar proses belajar menjadi lebih efektif dan menyenangkan.
“Dia masih belajar membaca (huruf hijaiyah) Alif, Ba, Ta saja masih belum bisa,” sambung orangtua siswaitu.
Video tersebut telah menarik perhatian banyak warganet, memicu beragam reaksi dari masyarakat. Banyak pengguna media sosial yang merasa terhubung dengan isu tersebut dan turut mengeluhkan kesulitan materi pelajaran yang dihadapi anak-anak mereka saat ini.
Reaksi yang muncul mencerminkan kekhawatiran orangtua terhadap dampak dari materi yang dianggap terlalu berat untuk usia anak. Sejumlah warganet berbagi pengalaman serupa, mengungkapkan rasa frustrasi mereka terhadap sistem pendidikan yang tidak selalu memperhatikan kebutuhan dan kemampuan siswa.
“Aku pun pusing juga jadi emak, masih kelas 1 ujiannya soal essay. Mana anak belum pandai nulis dan membaca,” komentar salah seorang warganet.
“Memang pening liat pelajaran sekarang, anak klas 1 klas 2 Sd macam pelajaran SMP,” timpal warganet lain.
“Cemana ini pak menteri pendidikan, Nadiem Makarim?” tulis warganet.
( Sumber : viva.co.id )