Kebakaran menghanguskan hingga 100 unit rumah kontrakan, menyebabkan kerugian yang diperkirakan mencapai Rp 2,3 miliar.
Jakarta – Sebuah kebakaran besar terjadi di permukiman padat penduduk kawasan Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat, pada Jumat, 11 Oktober 2024. Kebakaran ini melahap sekitar 100 unit rumah kontrakan, mengakibatkan kerusakan yang diperkirakan menelan biaya hingga Rp 2,3 miliar.
Api yang berkobar dengan cepat menyebabkan kepanikan di kalangan warga setempat. Banyak penghuni yang berusaha menyelamatkan barang-barang berharga mereka sebelum api semakin menjalar. Upaya pemadam kebakaran pun dikerahkan untuk memadamkan kobaran api, tetapi kerusakan yang ditimbulkan sudah cukup signifikan.
Diketahui bahwa pemilik deretan rumah kontrakan yang terbakar adalah H. Sukana. Kejadian ini menjadi perhatian publik, mengingat dampak besar yang ditimbulkan terhadap warga yang kehilangan tempat tinggal dan harta benda akibat musibah ini.
“Kebakaran melibatkan objek rumah tinggal, terutama kontrakan dengan 100 pintu,” ungkap Syarifudin, Kepala Seksi Operasional (Kasiops) Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Barat.
Insiden kebakaran yang melanda permukiman padat penduduk di Jalan Jembatan Besi 11, RW 04, Tambora, Jakarta Barat, terjadi dengan cepat, mempercepat penyebaran api di area yang sudah sangat padat. Situasi ini memperburuk keadaan dan menyebabkan kerusakan yang lebih luas, mengingat sebagian besar bangunan di lokasi tersebut terbuat dari material yang mudah terbakar.
Api mulai melalap bangunan sekitar pukul 10.41 WIB, saat laporan mengenai kebakaran diterima oleh petugas pemadam kebakaran. Dengan cepat, tim pemadam kebakaran dikerahkan ke lokasi untuk berusaha memadamkan api yang terus berkobar. Masyarakat setempat terlihat panik dan berusaha menyelamatkan barang-barang berharga mereka dari kobaran api.
Penyebab awal kebakaran diduga berkaitan dengan masalah kelistrikan. Namun, pihak berwenang masih melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan penyebab pasti dari insiden ini. Penyelidikan ini penting untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Kebakaran ini tidak hanya merusak bangunan, tetapi juga mengguncang kehidupan warga yang kehilangan tempat tinggal. Banyak dari mereka yang kini harus mencari tempat tinggal sementara hingga situasi membaik. Kehilangan ini tentunya memberikan dampak besar bagi kehidupan sehari-hari mereka.
Dari kejadian ini, diharapkan ada perhatian lebih dari pemerintah dan pihak terkait untuk meningkatkan keamanan di permukiman padat penduduk, terutama terkait masalah kelistrikan dan material bangunan. Langkah-langkah pencegahan sangat penting agar insiden serupa tidak terulang kembali di masa mendatang.
Dalam waktu enam menit setelah menerima laporan kebakaran, petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran telah tiba di lokasi kejadian dan langsung melakukan upaya pemadaman pada pukul 10.47 WIB. Kecepatan respons ini sangat penting untuk menangani situasi yang semakin memburuk.
Tindakan cepat ini diambil untuk mengendalikan api yang sudah membesar dan mengancam lebih banyak rumah di sekitarnya. Dengan kehadiran tim pemadam kebakaran, diharapkan kebakaran dapat segera dipadamkan sebelum menyebabkan kerusakan yang lebih parah.
“Saat api pertama kali terlihat, sudah berkobar di lantai tiga sebuah bangunan, dan warga langsung menelepon petugas untuk meminta bantuan. Api terus membesar dengan cepat, karena bangunan di sekitar lokasi mayoritas terbuat dari material yang mudah terbakar,” jelas Syarifudin.
Hingga pukul 11.29 WIB, petugas pemadam kebakaran masih berusaha memadamkan sisa-sisa api dan melakukan proses pendinginan di lokasi kebakaran. Upaya ini sangat krusial untuk memastikan bahwa semua titik api telah benar-benar padam.
Dalam proses tersebut, petugas membongkar puing-puing material yang masih menyala untuk mencegah munculnya api kembali. Tindakan ini dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada bagian yang terlewat dan memastikan keselamatan area sekitarnya.
“Status kebakaran masih dalam kategori kuning, yang artinya masih ada potensi bahaya api kecil yang bisa menyala kembali,” tambah Syarifudin.
Untuk menangani insiden kebakaran tersebut, sebanyak 22 unit mobil pemadam kebakaran dan 110 personel dikerahkan ke lokasi. Mengingat kondisi permukiman yang sangat padat, para petugas harus bekerja ekstra keras, terutama karena akses menuju lokasi kebakaran cukup sulit dijangkau oleh kendaraan besar.
Area yang terbakar diperkirakan seluas 912 meter persegi, dengan sebagian besar bangunan yang terdampak merupakan rumah kontrakan. Kebakaran ini tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik, tetapi juga meninggalkan dampak sosial yang signifikan bagi masyarakat setempat.
Dampak dari kebakaran ini sangat besar, terutama bagi warga yang tinggal di rumah kontrakan tersebut. Banyak dari mereka yang kini harus merelakan tempat tinggal dan harta benda mereka yang hangus terbakar.
Menurut laporan sementara, sebanyak 60 keluarga yang terdiri dari 150 orang telah kehilangan tempat tinggal akibat peristiwa ini. Situasi ini memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan lembaga terkait untuk memberikan bantuan dan mendukung para korban dalam memulihkan kehidupan mereka.
“Jumlah kerugian material diperkirakan mencapai Rp 2,3 miliar, namun angka tersebut masih bisa bertambah seiring dengan proses pendataan yang sedang berlangsung,” ujar Syarifudin.
( Sumber : viva.co.id )