Wilayah di bagian timur dan barat Gaza Utara menyaksikan gelombang pengungsian warga Palestina pada Sabtu malam, 5 Oktober 2024, di tengah pemboman udara dan artileri intensif Israel, menurut laporan seorang wartawan Anadolu.
Jakarta – Kantor Media Gaza pada Sabtu, 12 Oktober 2024, mengungkapkan bahwa tentara Israel telah meningkatkan tindakan genosida di bagian utara Jalur Gaza. Mereka melaporkan bahwa serangan terhadap kamp pengungsi Jabalia telah berlangsung, dengan angkatan bersenjata melakukan “pembantaian dan pembunuhan yang terencana” sejak dimulainya invasi darat pada 6 Oktober.
Pernyataan ini menyoroti kekhawatiran yang mendalam terkait kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut, di mana banyak warga sipil terjebak dalam konflik yang semakin intens. Aktivitas militer yang meningkat ini telah menyebabkan banyak korban jiwa dan memicu reaksi internasional yang luas.
“Pasukan pendudukan mencegah tim penyelamat dan pertahanan sipil untuk mengevakuasi lebih dari 75 martir dari 285 orang yang telah tewas selama serangan darat mereka,” lapor media tersebut.
Mereka “melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan terlibat dalam pembunuhan yang sudah direncanakan dengan mengebom pusat-pusat pengungsian dan penampungan, serta melakukan sejumlah pembantaian mengerikan terhadap warga sipil melalui penembakan langsung terhadap anak-anak dan perempuan,” tambahnya.

Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan pada Jumat, 4 Oktober 2024, bahwa lebih dari 6 persen dari seluruh populasi Gaza tewas atau terluka seiring dengan hampir setahun kampanye brutal militer Israel di wilayah Palestina tersebut.
Sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat genosida, tentara Israel dilaporkan berusaha menghancurkan sistem layanan kesehatan di wilayah utara Gaza. Menurut kantor pemerintah setempat, mereka telah membuat semua rumah sakit tidak dapat beroperasi dan secara langsung menargetkan fasilitas kesehatan. Tindakan ini dianggap sebagai serangan sistematis terhadap infrastruktur kesehatan yang krusial bagi warga sipil.
Pemerintah Gaza memperingatkan bahwa upaya Israel bertujuan untuk mengubah “Gaza utara menjadi wilayah kehancuran dan kematian,” sebagai bagian dari rencana yang lebih luas untuk memindahpaksakan rakyat Palestina. Pernyataan ini menyoroti kekhawatiran bahwa serangan ini tidak hanya mengincar militan, tetapi juga menciptakan bencana kemanusiaan yang lebih besar bagi penduduk sipil.
Lebih lanjut, mereka menegaskan bahwa Israel dan Amerika Serikat memiliki tanggung jawab penuh atas berlanjutnya kejahatan genosida, serta penargetan dan pembunuhan warga sipil di Jabalia dan Gaza utara. Fokus khusus diberikan pada meningkatnya jumlah korban di kalangan anak-anak dan perempuan, yang menjadi kelompok paling rentan dalam konflik ini.
Serangan brutal Israel terhadap Gaza terus berlanjut setelah serangan oleh Hamas pada bulan Oktober tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera. Situasi ini semakin memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah ada, dengan banyak pihak mendesak agar tindakan tegas diambil untuk menghentikan kekerasan.
Menurut otoritas kesehatan setempat, hampir 42.200 warga telah tewas, dengan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 98.300 orang dilaporkan mengalami luka-luka akibat serangan yang terus menerus. Angka-angka ini menggambarkan betapa tragisnya dampak dari konflik yang berkepanjangan ini.
Di tengah kondisi yang semakin memburuk, hampir seluruh penduduk wilayah tersebut terpaksa mengungsi, sementara blokade yang ketat menyebabkan kekurangan parah akan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Israel kini menghadapi gugatan kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakan yang dianggap melanggar hukum internasional dan hak asasi manusia di Gaza.
( Sumber : viva.co.id )