Seorang pengguna KRL Commuter Line tengah menunggu kedatangan kereta di Stasiun Karet, Jakarta, Jumat (3/1/2025). ANTARA/Yamsyina Hawnan
Jakarta – Rencana penutupan Stasiun Keret di Jakarta ditolak oleh banyak orang, terutama pengguna kereta rel listrik (KRL) Commuter Line yang sering menggunakan stasiun tersebut untuk perjalanan sehari-hari.
“Iya, saya sempat dengar desas-desus soal penutupan. Kalau benar terjadi, saya akan kesulitan. Walaupun ke Sudirman atau BNI City tidak terlalu jauh, tetap saja stasiun ini vital,” ujar salah satu pengguna setia kereta rel listrik yang turun di Stasiun Karet, Eka (26), mengungkapkan keresahannya terhadap rencana ini di Jakarta, Jumat.
Eka mengatakan bahwa stasiun tidak hanya berfungsi untuk jarak, tetapi juga melakukan peran penting lainnya yang mungkin terabaikan jika penutupan dilakukan tanpa penelitian yang menyeluruh.
“Saya berharap penutupan ini ditinjau ulang. Harus dihitung lebih banyak, manfaat atau kerugiannya,” tambahnya.
Salma (54), yang setuju dengan Eka, juga menolak karena telah lama menggunakan stasiun tersebut sebagai pusat (hub) untuk wilayah Karet, Bendungan Hilir, Pejompongan, dan sekitar Tanah Abang.
“Dari rumah saya ke sini tidak terlalu jauh. Kalau pakai angkot juga sangat terjangkau. Kalau ditutup, saya pasti kesulitan,” kata Salma.
Selain itu, ia menekankan efek rencana penutupan terhadap siswa, pengunjung, dan karyawan stasiun.
Seperti yang dia katakan, mereka akan kebingungan mencari alternatif, terutama bagi mereka yang tidak familiar dengan daerah sekitar atau menghadapi kesulitan untuk menggunakan aplikasi peta digital.
“Stasiun ini mungkin angkanya tidak besar, tapi bagi kami yang bergantung, keputusannya sangat berat,” tegasnya.
Tidak hanya kepada pengguna kereta, rencana ini juga berdampak pada para pedagang kecil yang mencari nafkah di sekitar stasiun.
Area pintu masuk stasiun, yang biasanya dipenuhi oleh banyak pedagang, tampak lengang. Di sisi lain, area ojek pangkalan di sekitar stasiun tampak lebih sepi.
Erick Thohir, Menteri BUMN, merencanakan penutupan Stasiun Keret untuk mengoptimalkan kinerja kereta bandara.
Menurut Joni Martinus, VP Sekretaris Umum KAI Commuter, penutupan Stasiun Kereta disebabkan oleh risiko keselamatan penumpang dan keterbatasan akses yang menyebabkan kemacetan.
Ia menyatakan bahwa rangkaian KRL dengan dua belas gerbong akan menutup batas perlintasan. Sebaliknya, kapasitas ruang tunggu Stasiun Kereta yang hanya 150 orang tidak mencukupi untuk menampung sekitar 2.000 orang pelanggan yang dapat datang di sana. Ini menempatkan keselamatan pelanggan dalam bahaya.
“Belum lagi akses menuju pintu masuk Stasiun Karet rentan memicu kemacetan lantaran berada dekat perlintasan sebidang,” kata Joni.
Saat ini, KAI Commuter bersama PT KAI (Persero) tengah bekerja sama dengan DJKA Kemehub untuk menggabungkan operasional Stasiun Kereta dengan Stasiun BNI City untuk mempersingkat waktu perjalanan kereta.
Diharapkan Stasiun Kereta Api dan Stasiun BNI City akan memberikan layanan dan fasilitas terbaik untuk penumpang.
Sumber Antaranews