Fakta-fakta Kerusuhan Di Inggris, Usai Insiden Penikaman Massal - Inside Berita

Fakta-fakta Kerusuhan Di Inggris, Usai Insiden Penikaman Massal

Kerusuhan terkait rasisme pecah di Inggris. Foto: AFP/PETER POWELL

Jakarta – Inggris diguncang unjuk rasa dan kerusuhan usai tiga anak tewas ditikam dalam insiden penikaman massal di Southport, Merseyside, pada Senin (29/7) pekan lalu.

Insiden itu terjadi di sebuah acara bertema Taylor Swift di sekolah tari di Southport. Tiga anak perempuan yakni Bebe King (6), Elsie Dot Stancombe (7), dan Alice Dasilva Agular (9) meninggal dunia. Sepuluh orang lainnya juga mengalami luka-luka.

Setelah beredar rumor bahwa pelaku penikaman adalah imigran Muslim, warga Inggris berunjuk rasa. Unjuk rasa itu mengakibatkan kerusuhan, dengan para pedemo memfokuskan diri pada pencari suaka dan komunitas Islam di beberapa wilayah Inggris.

Berikut fakta-fakta mengenai kerusuhan Inggris.

Pelaku penikaman warga Inggris
Kepolisian mengidentifikasi pemuda 17 tahun yang diduga melakukan penikaman. Dia berasal dari Banks, Lancashire, sekitar 8 km dari lokasi serangan.

Polisi menolak rumor bahwa tersangka adalah imigran Muslim. Polisi mengatakan bahwa pelaku lahir di Cardiff, kota terbesar dan ibu kota Wales, Inggris.

Polisi tidak mengungkapkan nama sang pelaku lantaran berdasarkan hukum di Inggris, tersangka di bawah usia 18 tahun tak boleh dipublikasikan, Dilansir dari Al Jazeera.

Ditunggangi sayap kanan
Polisi telah mencatat bahwa seruan untuk demonstrasi di Inggris berasal dari berbagai akun media sosial. Namun, Stephen Yaxley-Lennon, seorang agitator ekstrim yang menggunakan nama Tommy Robinson, adalah figur penting yang mendorong seruan tersebut.

Yaxley-Lennon memimpin English Defence League, yang oleh Kepolisian Merseyside dikaitkan dengan protes keras di Southport.

Yaxley-Lennon saat ini diburu oleh polisi setelah meninggalkan Inggris pekan lalu sebelum persidangan lanjutan kasus penghinaan terhadap pengadilan karena kasus penipuan hipotek, penyerangan, dan penghinaan terhadap pengadilan.

Selain Yaxley-Lennon, anggota parlemen yang terpilih sebagai pemimpin partai sayap kanan Reform UK, Nigel Farage, juga disalahkan banyak pihak karena mendorong secara tidak langsung sentimen anti-imigrasi.

Farage mengkritik pemerintah karena menyalahkan kerusuhan ini pada “beberapa preman sayap kanan”.

Pada Minggu, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyatakan bahwa “geng preman” telah menunggangi kesedihan bangsa untuk menebar kebencian. Ia pun berjanji untuk menjerat hukum siapapun yang melakukan tindak kekerasan.

Komunitas Islam-Masjid diserang
Massa dalam unjuk rasa ini menargetkan masjid, pencari suaka, dan komunitas Islam di banyak wilayah Inggris.

Di Southport, para demonstran melempar batu bata ke sebuah masjid. Di Sunderland, sebuah kota di timur laut Inggris, para demonstran membakar mobil, kantor polisi, dan toko, hingga menyerang masjid.

Di tengah perselisihan antara kelompok anti-Islam dan pedemo anti-rasisme di Belfast, Irlandia Utara, para demonstran melempar kembang api.

Di Tamworth, para pengunjuk rasa kemudian melemparkan proyektil, menghancurkan kaca jendela, dan menyalakan api..

Di Rotherdam, para pengunjuk rasa memecahkan jendela untuk masuk, membakar benda-benda di dekat hotel, dan melempar papan kayu.

Sumber Berita CNN Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *