Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri saat menyampaikan kuliah umum di St. Petersburg University, Rusia, Senin, 16 September 2024.
Jakarta – Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri, menekankan pentingnya negara-negara untuk mencari terobosan dalam kerja sama internasional, terutama di tengah berbagai tantangan geopolitik dan isu pemanasan global yang dihadapi dunia saat ini. Dalam pandangannya, saat yang tepat telah tiba bagi para pemimpin dunia untuk bersatu dan mencari solusi inovatif terhadap permasalahan yang ada.
Megawati mengungkapkan keprihatinan terhadap sejumlah konflik yang melanda dunia, termasuk ketegangan antara Rusia dan Ukraina, perseteruan antara Israel dan Palestina, serta situasi di Selat Taiwan dan semenanjung Korea. Ia juga menyoroti dampak serius dari pemanasan global, yang memerlukan perhatian dan tindakan kolektif dari semua negara.
“Dengan berbagai persoalan geopolitik dan global warming di atas, sudah saatnya kita mencari terobosan dalam kerja sama internasional,” kata Megawati dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 17 September 2024.
Megawati Soekarnoputri menyatakan keprihatinannya mengenai potensi krisis pangan yang disebabkan oleh pemanasan global serta dampak ekologis yang besar bagi umat manusia. Dalam pandangannya, perubahan iklim dapat memperburuk kondisi pertanian dan mengancam ketahanan pangan di berbagai negara, yang pada akhirnya berdampak pada kehidupan masyarakat luas.
Sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN, Megawati juga menyoroti pergeseran dalam sistem internasional yang semakin berfokus pada perang hegemoni, sementara solidaritas sosial dan kemanusiaan mulai terabaikan. Ia menekankan bahwa dalam menghadapi tantangan global, penting bagi negara-negara untuk saling mendukung dan bekerja sama demi kepentingan bersama.
“Saya juga makin khawatir dengan munculnya model penjajahan gaya baru melalui penggunaan kekuatan ekonomi, pangan, dan keunggulan teknologi, serta hukum internasional sebagai ‘alat pembangun hegemoni’,” jelas Megawati.
Megawati Soekarnoputri menegaskan bahwa Pancasila dapat berperan sebagai panduan dan penyelamat dalam menciptakan tatanan dunia yang baru. Dalam pandangannya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila memiliki relevansi yang kuat dalam menghadapi tantangan global saat ini, termasuk isu-isu sosial, ekonomi, dan lingkungan.
“Kesetaraan, keadilan, dan kemakmuran bersama serta keselamatan bumi harus menjadi kredo kita. Tatanan dunia baru harus diwujudkan dengan menggandeng erat seluruh kekuatan internasional,” ucapnya.
Megawati Soekarnoputri mengajak semua pihak untuk saling bergandengan tangan dalam semangat persaudaraan sejagat. Ia menekankan pentingnya mengedepankan dialog yang berlandaskan kemanusiaan sebagai cara untuk membangun hubungan yang lebih baik antarbangsa.
“Kita adalah warga bangsa yang setara dan memiliki tanggung jawab di dalam menjaga kelangsungan dunia, seperti yang saya sampaikan tadi hanya ada satu bumi dengan seluruh peradabannya,” katanya.
Megawati Soekarnoputri menjelaskan pentingnya pembumian Pancasila dalam konteks sistem internasional, terutama melalui pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) pada tahun 1955 yang melahirkan “Dasasila Bandung.” KAA menjadi tonggak gerakan solidaritas bagi bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dalam perjuangan mereka menuju kemerdekaan.
Dengan semangat Dasasila Bandung, Indonesia mengambil langkah berani untuk menyelesaikan berbagai konflik internasional, termasuk upaya mendukung Pakistan dalam menghadapi Inggris, serta mendukung nasionalisasi Terusan Suez di Mesir. Megawati juga menyoroti peran Indonesia dalam mendorong kemerdekaan negara-negara seperti Maroko, Tunisia, dan Aljazair.
Melalui penjelasannya, Megawati menekankan bahwa nilai-nilai Pancasila tidak hanya relevan di tingkat domestik, tetapi juga dapat menjadi pedoman bagi negara-negara lain dalam menerapkan prinsip solidaritas dan keadilan di panggung global.
Indonesia telah menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan perdamaian di berbagai negara, termasuk Kamboja, Sudan, Kongo, dan Vietnam. Megawati Soekarnoputri menekankan bahwa upaya ini merupakan modal dan legitimasi historis yang dimiliki bangsa Indonesia dalam mengajukan Pancasila sebagai pedoman dan penyelamat dalam konteks internasional.
“Dengan modal historis ini, bangsa Indonesia menggalang bangsa-bangsa yang cinta damai. Kami terus menyerukan dihormatinya ‘Prinsip Non-Intervensi’ terhadap kedaulatan bangsa lain,” kata Megawati.
Dengan prinsip-prinsip Pancasila sebagai landasan, Indonesia berinisiatif untuk berkontribusi dalam penyelesaian konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, serta situasi di Timur Tengah, khususnya terkait tindakan sepihak Israel terhadap Palestina. Megawati Soekarnoputri menekankan bahwa komitmen Indonesia untuk perdamaian dan keadilan internasional sangat penting dalam menghadapi tantangan global saat ini.
“Konflik yang tidak seimbang tersebut nyata-nyata melanggar hukum internasional. Dampaknya adalah bencana kemanusiaan. Lebih dari 37.000 jiwa rakyat Palestina gugur akibat kekejaman Israel,” tambahnya.
Selain ketegangan yang berlangsung di Timur Tengah, potensi konflik terbuka juga mengancam stabilitas di Laut Tiongkok Selatan dan Selat Taiwan. Situasi ini diperburuk oleh ketegangan yang terus meningkat di Semenanjung Korea, di mana berbagai aksi militer dan retorika agresif semakin memperuncing keadaan.
“Spirit yang kami bawa dalam membangun ketertiban dunia tersebut adalah mempraktikkan Pancasila sebagai jalan bagi tata dunia baru,” pungkasnya
( Sumber : viva.co.id )