Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep di Kantor DPP PSI, Jakarta Selatan, Senin, 8 Juli 2024
Jakarta – Kasus dugaan gratifikasi yang melibatkan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep, belakangan ini menjadi perhatian publik dan terus memanas. Ia dituduh melakukan gratifikasi setelah menaiki jet pribadi untuk perjalanan ke Amerika Serikat. Menanggapi isu ini, Kaesang akhirnya memberikan penjelasan dalam Podcast Depan Pintu yang diunggah di kanal YouTube miliknya, Kaesang Pangarep by GK Hebat, pada Jumat, 18 Oktober 2024.
Dalam podcast tersebut, Kaesang mengungkapkan bahwa ia telah memenuhi panggilan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dugaan ini. Ia menekankan kesiapannya untuk mengikuti semua prosedur hukum yang berlaku, jika tindakan yang dilakukannya dianggap sebagai gratifikasi.
Pernyataan Kaesang ini bertujuan untuk meluruskan informasi yang beredar dan menunjukkan komitmennya terhadap transparansi. Ia berharap agar masyarakat dapat memahami situasi yang sebenarnya dan menunggu hasil dari proses hukum yang sedang berlangsung.
“Nunggu keputusan KPK, sih. Kalau terbukti gratifikasi, bayar ke negara,” jelasnya. Kaesang pun menekankan bahwa dirinya hanya “nebeng” alias menumpang dengan teman yang memiliki jet pribadi. Bahkan, sang teman turut serta dalam perjalanan ke Amerika Serikat tersebut, membuktikan bahwa perjalanan itu bukanlah urusan yang patut dicurigai.
“Orang nebeng kok dibilang gratifikasi,” tegas Kaesang, menyatakan ketidaksepakatannya dengan anggapan masyarakat yang menyebut hal itu sebagai tindakan gratifikasi.
Kasus ini tidak hanya menarik perhatian publik, tetapi juga berdampak pada kehidupan pribadi Kaesang dan istrinya, Erina Gundono. Sebagai menantu Presiden, setiap tindakan Erina tampaknya selalu menjadi sorotan netizen. Sayangnya, kritik yang ditujukan kepada Kaesang dan Erina tidak hanya berhenti pada mereka, tetapi juga meluas hingga menyentuh calon anak mereka yang masih dalam kandungan saat itu.
Reaksi negatif dari netizen menunjukkan betapa besarnya tekanan yang dialami pasangan ini di tengah situasi yang sedang berlangsung. Komentar-komentar yang dilontarkan mencerminkan kepedulian publik yang terkadang berlebihan, yang berpotensi mempengaruhi kehidupan keluarga mereka secara emosional.
“Kalau soal Erina, saya tidak begitu khawatir, sudah risikonya. Dia (Erina) harus siap, karena suaminya terjun ke dunia politik,” ujar Kaesang dengan nada tegas. Ia menyadari bahwa kehidupannya yang kini berkecimpung di dunia politik membawa risiko besar, termasuk kritik dari masyarakat.
Namun, ketika hujatan mulai mengarah pada calon anak mereka, Kaesang merasa keberatan. “Tapi, (saya) gak bisa nahan (hujatan) soal anak saya,” tambahnya sambil menitikkan air mata, menyayangkan atas kritik yang dianggapnya tidak etis.
Kasus ini berawal dari sebuah unggahan yang dilakukan oleh Erina di akun media sosialnya. Di tengah situasi politik Indonesia yang semakin memanas, postingan tersebut dianggap “tone deaf” atau tidak peka terhadap keadaan yang ada. Banyak masyarakat menilai bahwa sikap Erina seakan mencerminkan ketidakpedulian terhadap kondisi bangsa, terutama mengingat statusnya sebagai menantu Presiden Indonesia.
Ungkapan Kaesang mengenai situasi ini merupakan upaya untuk meredakan isu yang beredar di masyarakat. Meskipun demikian, kasus dugaan gratifikasi ini sempat memicu kegaduhan di media sosial dan mengundang perhatian di dunia politik tanah air. Hal ini menunjukkan bagaimana dinamika kehidupan publik bisa sangat terpengaruh oleh tindakan individu yang berada dalam posisi penting.
Saat ini, masyarakat menanti dengan penuh harapan hasil akhir dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait status dugaan gratifikasi ini. Keputusan tersebut diharapkan dapat memberikan kejelasan dan menuntaskan spekulasi yang berkembang di kalangan publik.
( Sumber : viva.co.id )