VIVA Militer: Presiden Rusia, Vladimir Putin
Jakarta – Pada Kamis, 7 November 2024, Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan ucapan selamat kepada Donald Trump atas kemenangannya dalam pemilihan presiden AS. Ucapan selamat ini mencerminkan hubungan yang kompleks antara kedua pemimpin, terutama di tengah dinamika politik global yang terus berubah.
Putin juga mengungkapkan kekagumannya terhadap sikap Trump selama dua percobaan pembunuhan yang dialaminya tahun ini. Ia menggambarkan presiden terpilih AS itu sebagai “pria pemberani,” menunjukkan pengakuan atas ketahanan dan keberanian Trump dalam menghadapi situasi yang berbahaya.
Dalam komentarnya, Putin mengklaim bahwa Trump “diburu” selama masa jabatannya yang pertama, yang membuatnya merasa cemas untuk melanjutkan berbagai kebijakan. Hal ini menunjukkan tantangan yang dihadapi Trump dalam menjalankan tugasnya sebagai presiden, serta dampak dari tekanan yang datang dari berbagai pihak.
Pernyataan Putin ini bisa dilihat sebagai bentuk dukungan terhadap Trump, sekaligus menyoroti kompleksitas situasi politik yang dihadapi oleh pemimpin dunia saat ini. Dalam konteks ini, hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat tetap menjadi perhatian penting di kancah internasional.
“Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan selamat kepada (Trump) atas terpilihnya ia sebagai Presiden Amerika Serikat. Saya telah mengatakan bahwa kami akan bekerja dengan kepala negara mana pun yang dipercaya oleh rakyat Amerika,” kata Putin pada sesi pleno Klub Diskusi Internasional Valdai di kota resor Sochi.
Pada hari Kamis, Kremlin mengungkapkan bahwa mereka tidak menutup kemungkinan akan terjadinya pembicaraan antara Vladimir Putin dan Donald Trump sebelum pelantikan Trump pada bulan Januari mendatang. Pernyataan ini menunjukkan adanya harapan untuk meningkatkan komunikasi antara kedua pemimpin setelah pemilihan yang baru saja berlangsung.
Putin juga menyatakan kesiapannya untuk berdialog dengan Trump, seperti dilansir dari ANews pada Jumat, 8 November 2024. Kesediaan ini mencerminkan keinginan Rusia untuk menjalin hubungan yang konstruktif dengan pemerintahan baru di Amerika Serikat, terutama setelah periode ketegangan dalam hubungan bilateral.
Sebagai catatan, Trump, yang merupakan kandidat dari Partai Republik, berhasil mengalahkan Wakil Presiden Kamala Harris serta kandidat Demokrat lainnya dalam pemilihan presiden kali ini. Saat ini, Trump telah mengantongi 295 suara dari Electoral College, jauh melebihi 270 suara yang diperlukan untuk memenangkan pemilihan.
Kemenangan ini menandai kembalinya Trump ke kursi kepresidenan untuk kedua kalinya. Hal ini menjadi momen penting dalam sejarah politik Amerika, dengan harapan bahwa era kepemimpinan baru ini dapat membawa perubahan positif, baik untuk dalam negeri maupun untuk hubungan internasional.
( Sumber : viva.co.id )