Ilustrasi logo Starbucks. Foto: ArtMediaWorx/Shutterstock
Jakarta – Pada hari Senin, 24 Februari, Starbucks mengumumkan PHK 1.100 pekerja. Keputusan itu dibuat oleh CEO Brian Niccol untuk membantu perusahaan pulih dari penurunan penjualan.
“Kami menyederhanakan struktur kami, menghilangkan lapisan dan duplikasi, serta menciptakan tim yang lebih kecil dan lebih gesit,” kata Niccol dalam surat kepada karyawan dikutip dari laporan Reuters.
“Tujuan kami adalah untuk beroperasi lebih efisien, meningkatkan akuntabilitas, mengurangi kompleksitas dan mendorong integrasi yang lebih baik.”
Ketika permintaan di Amerika Serikat dan China turun 40% dari titik tertingginya di tahun 2021, Niccol diangkat menjadi CEO pada tahun lalu.
“Kami akan terus merekrut untuk posisi prioritas yang sesuai dengan struktur dukungan baru kami dan menambah kemampuan serta kapasitas yang kami butuhkan,” kata Niccol, seraya menambahkan langkah tersebut tidak akan memengaruhi tim di dalam toko atau investasi yang dilakukan Starbucks dalam jam operasional toko.
Laporan yang dikeluarkan oleh Starbucks pada tahun 2024 menunjukkan bahwa perusahaan mempekerjakan sekitar 211.000 orang di Amerika Serikat dan 150.000 orang di seluruh dunia.
“Dibandingkan dengan PHK besar terakhir pada tahun 2018, saya yakin tingkatnya signifikan,” kata Jim Sanderson, analis di NorthCoast Research.
Di bawah kepemimpinan CEO Kevin Johnson pada tahun 2018, Starbucks merencanakan restrukturisasi dengan memberhentikan 350 karyawan di seluruh dunia.
Namun, Sanderson menyatakan bahwa penting untuk memahami bagian mana dari perusahaan yang akan terkena dampak PHK dan bagaimana hal ini sesuai dengan rencana pemulihan global Starbucks.
Sumber Kumparan